[K-Drama] Queen Seondeok: Drama vs Realita

by - April 08, 2018

The Great Queen Seondeok adalah sebuah drama yang dibuat berdasarkan sejarah tapi dengan menyisipkan tokoh dan cerita fiksi di dalamnya. Tentu saja banyak sekali perbedaan antara kisah yang ditayangkan dalam drama dengan kejadian sebenarnya yang tercatat dalam sejarah. Saya menemukan artikel menarik yang membahas perebedaan itu dan saya jadikan sumber utama dalam menuli ini. Setelah menonton film dan membaca artikel tersebut, saya jadi lebih mudah memahami sejarah Korea, khususnya pada era Kerajaan Silla. Ya, bayangkan aja dalam enam puluh dua episode, QSD menceritakan empat era pemimpin Silla (Raja Jinheung, Raja Jinji, Raja Jinpyeong, Ratu Deokman) jadi yaa...bisa sekalian banyak belajar sejarah kan hehe. Yasudah, ini nih perbedaan cerita dalam drama vs real history-nya:

Real painting of Queen Seondeok (pic source).
1. Putri Kembar
Dalam drama disebutkan bahwa ada ramalan yang menyatkan bahwa jika Ratu melahirkan putri kembar, maka pewaris tahta laki-laki akan berhenti dilahirkan. Lalu dari rahim Ratu Maya (istri Raja Jinheung) lahirlah putri kembar Cheonmyeong dan Deokman. Demi menutupi kelahiran anak kembar, Deokman dilarikan dari istana dan menghabiskan masa kecil di Gurun Taklamakan. Pada kenyataanya, tidak ada rekaman sejarah yang menyatakan bahwa keduanya kembar, melainkan adalah kakak beradik. Deokman juga tidak tumbuh besar di gurun melainkan di Seorabol (ibukota Silla). Selain itu, sebenarnya ada satu lagi putri Raja Jinpyeong yang terkenal yaitu Putri Sonhwa yang sama sekali tidak disinggung dalam drama (biar nggak terlalu kompleks kali ya).


2. Raja Jinpyeong yang Lemah
Drama-drama kolosal memang kerapkali menampilkan sosok raja yang meski cerdas dan berkeinginan kuat mensejahterakan rakyat, namun secara politik mereka lemah. Ini jugalah yang tampak pada Raja Jinpyeong dalam QSD. Raja Jinpyeong begitu powerless di bawah bayang-bayang Mishil. Kenyataannya, Raja Jinpyeong merupakan salah satu raja yang kuat selama 54 tahun era pemerintahannya. Bahkan disinyalir, Deokman bisa menjadi ratu juga karena kekuasaan ayah yang begitu besar. Mungkin Raja Jinpyeong sengaja diceritakan lemah agar bisa mendramatisir kemampuan Deokman yang lebih oke daripada ayahnya dalam hal melawan Mishil.


3. Ratu Seondeok Tidak Menikah
Hwarang Kim Yu Shin sempat terjebak friendzone dengan Deokman meski lama kelamaan cintanya berbalas. Lewat painful and deep conversation, kedua orang itu memutuskan untuk tidak bersama dalam ikatan pernikahan tapi tetap bekerja sama sebagai putri/ratu dan abdinya. (that famous dialougue by Yu Shin was: "I choose you, but you decide to choose the throne.") Yu Shin akhirnya menikah (demi sebuah alasan politis) dengan keponakan Mishil yang tentu saja break my heart and Deokman's heart. Selama menjadi ratu hingga akhir hayatnya, Deokman tidak menikah. Ia memutuskan mengabaikan perasaan sebagai wanita dan mendedikasikan hidupnya demi Silla semata. Namun, dalam catatan sejarah Hwarang Segi, Ratu Seondeok diperkirakan menikah dan memiliki tiga suami dimana salah satunya bahkan menjadi Sangdaedeung (semacam perdana menteri) demi memperkuat kekuasaannya.

Bidam - Deokman - Kim Yu Shin (pic source).
Kondisi Deokman yang dalam drama diceritakan nggak menikah mungkin adalah untuk memberikan efek kontras dengan rivalnya, Mishil yang dalam drama digambarkan memiliki tiga suami. Selain itu juga agar memungkinkan sang penulis menyisipkan kisah asmara Deokman dengan Bidam yang tentu saja tak terjadi di dunia nyata.


4. Makeup Hwarang
Ketika menuntut suatu perkara yang sangat penting kepada raja, para hwarang akan merias wajahnya, menyuarakan tuntutan di istana, dan biasanya diakhiri dengan aksi bunuh diri agar tuntutan dikabulkan. 'Ritual' itu dinamakan nanjang. Itulah yang diceritakan dalam drama, ada suatu adegan hwarang Alcheon merias wajah ketika menuntut penyelidikan kematian tragis Putri Cheonmyeong. Ia tau kalau Cheonmyeong dibunuh orang dari kubu Mishil, namun raja memutuskan bahwa kematian putrinya adalah murni kecelakaan. Alcheon sebagai pengawal sang putri tak terima dan ingin si pembunuh dihukum, maka ia melakukan nanjang.

Nanjang-nya hwarang Alcheon (pic source).
Sejarah tak pernah mencatat tentang adanya nanjang, namun hwarang memang dikisahkan merias wajah saat hendak perang. Sementara dalam drama, hwarang malah nggak merias wajah ketika perang. Merias wajah yang dimaksud adalah merias biar cantik gitu, bukan coreng-coreng buat penyamaran. Oh iya, selain itu, realitanya Cheonmyeong did not death tragically, dia hidup lama dan bahagia bersama suaminya.


5. Pertempuran Benteng Sokham
Pertempuran di Benteng Sokham antara pasukan Silla dengan Baekje menjadi peperangan pertama yang dilalui Deokman. Iya, doi literally terjun ke medang perang sebagai nangdo-nya Yu Shin. Pertempuran ini dipimpin oleh kaki tangan sekaligus suami Mishil, Jenderal Seolwon yang tak lain adalah Menteri Perang Silla. Di sini ditampakkan betapa Seolwon pandai merancang taktik perang untuk mengecoh dan menglahkan Baekje. Namun, yang sesungguhnya terjadi adalah Seolwon sudah meninggal ketika Sokham Fortress diserang Baekje dan Deokman sebagai gungju tentu saja tidak terjun ke medan perang.

Jenderal Seolwon (pic source).
6. Pemberontakan Bidam
Rasa tidak percaya kepada sosok yang dicinta telah menghancurkan pikiran Bidam. Ia memutuskan memberontak demi menjadi Raja, mencintai Silla, memiliki Deokman di sampingnya, dan dikenang sepanjang masa. Namun, akhirnya keserakahan itu menelannya, ia mati dalam pertempuran, dikenang sebagai pemberontak, dan tak bisa meraih cintanya. Itulah yang dilukiskan dalam drama. Sementara yang terjadi di dunia nyata tentu berbeda, Bidam memang pernah menjadi Perdana Menteri Silla dan memimpin pemberontakan terbesar yang pernah ada di Silla, namun alasan dibalik itu semua tak jelas. Ada yang menyatakan bahwa pemberontakan didasari ketidakrelaan Bidam karena selama kepemimpinan "female king", Silla terus menerus diserang Baekje dan Goguryeo. Bidam menganggap, invasi tetangga ini tidak teratasi karena wanita tidak kompeten memimpin. Ada pula yang menerangkan bahwa ketiadaan pewaris laki-laki setelah Seondeok, membuat Bidam yang menjabat PM semestinya naik tahta, bukan malah diwariskan kepada sepupu ratu yang juga seorang wanita (Queen Jindeok).

Bidam insecurity (pic source).
Dalam drama dijelaskan, bahwa setelah Bidam dibunuh Yu Shin dan pemberontakan berhasil dihentikan, Seondeok meninggal tiga hari setelahnya. Namun, sejarah mencatat Seondeok meninggal ketika pemberontakan berlangsung, dan Bidam meninggal beberapa hari setelahnya lewat sebuah eksekusi yang diperintahkan Ratu Jindeok (penerusnya Seondeok).


7. Kisah Terkenal
Sebuah catatan sejarah berjudul Samguk Yusa merekam sebuah kisah tentang Ratu Seondoek. Konon kisah ini terkenal dalam sejarah Korea. Dan dua kisah yang menggambarkan kepekaan Sang Ratu ini sama sekali tidak disinggung dalam drama.

Pertama: suatu hari Deokman menerima bingkisan dari Dinasti T'ang (China) yang berupa benih bunga dan lukisan tiga bunga berwarna merah, putih, dan ungu. Melihat lukisan itu, Deokman berkata bahwa benih bunga dari Dinasti T'ang tidak akan mimiliki aroma wangi. Ucapan itu terbukti ketika benih yang ditanam telah mekar. Saat ditanya, bagaimana ia bisa tahu  bahwa bunga tak beraroma sebelum melihat bibit tumbuh, Ratu Seondeok menjelaskan bahwa jika bibit itu wangi, mestinya ada kupu-kupu yang juga ditulis dalam lukisan yang dikirim. Selain itu, Ratu juga mengatakan bahwa hadiah itu sebenarnya adalah sindiran dari Dinasti T'ang karena dirinya tidak (atau mungkin belum) bersuami. Tiga bunga dalam lukisan juga dipercaya merupakan 'ramalan' Kaisar T'ai-tsung bahwa Silla kelak akan dipimpin tiga wanita dan ramalan itu terbukti benar karena selanjutnya, Silla dipimpin Seondeok, Jindeok, dan Chinseong.

Beautiful Lee Yo Won portrayed Deokman very well (pic source).
Kedua: pada musim dingin, para katak biasanya berhibernasi, namun suatu fenomena aneh terjadi di Silla, ketika musim dingin tiba, katak-katak di sebuah kolam dekat Gerbang Jade justru menampakkan diri dan berkotek selama kurang lebih tiga hari. Mendapat laporan tentang kejadian aneh itu, Ratu Seondeok tiba-tiba memerintahkan Hwarang Alcheon dan Piltan untuk membawa dua ribu pasukan ke sebuah lembah di arah barat Silla (dikenal dengan anam Women's Valley) dan mencari musuh yang bersembunyi di hutan. Ternyata, pasukan itu menemukan tentara Baekje yang hendak menyerang Silla sedang bersembunyi di hutan dan musuh berhasil dikalahkan.

Konon, Ratu Seondeok memahami hal itu dari mengintepretasikan fenomena alam. Katak yang berisik ia umpamakan para tentara yang marah, warna putih salju musim dingin menggambarkan arah barat (simbol astronomi mas itu), dan Gerbang Jade menggambarkan organ kewanitaan yang selanjutnya diasosiakan sebagai nama lembahnya. Yha gini nih hasilnya kalau orang sangat memahami tanda-tanda yang dikirimkan alam.

Ya, itulah beberapa perbedaan antara drama dan sejarah yang ada dalam The Great Queen Seondeok. Sebenernya, masih ada lagi beberapa perbedaan, tapi saya rasa sekian saja yang saya tuliskan. Semoga menambah pengetahuan dan menghibur  ya :D

Magelang | 08 April 2018 00:45 WIB

You May Also Like

1 comments

  1. Waah kereenn, sepertinya sejarah aslinya lebih menarik dibanding dramanya yaa

    ReplyDelete